WARUNG225 Warga China tengah Gandrungi Kuliner Tumis Batu, Apanya yang Disantap?

WARUNG225 – Kuliner Warung225 Sebuah sensasi kuliner baru tengah digandrungi warga Negeri Tiongkok. Sejumlah video yang menunjukkan penikmat kuliner menikmati hidangan bernama suodiu berseliweran di TikTok selama seminggu terakhir.
Dilansir CNN Travel (23/6/2023), suodiu adalah hidangan tumisan yang terbuat dari batu. Masakan tradisional yang sedang viral itu membangkitkan rasa ingin tahu generasi muda China karena keunikannya.
Apa yang bisa disantap dari segenggam batu yang ditumis? Yuk, cari tahu bersama!
Cara Menikmati Tumis Batu, Disesap Lalu Dibuang
Suodiu dijual di lapak street food. Cara makannya cukup unik. Makanan ini berasal dari provinsi Hubei di Tiongkok timur.
Pelanggan harus menyesap batu-batu kecil yang sudah berbalut bumbu. Konon, rasa bumbunya yang kaya dan cenderung pedas sangat terasa di lidah.
Setelah disesap, batu diludahkan kembali. Karena cara makannya ini, hidangan tersebut dinamakan suodiu, yang berarti “mengisap dan membuang”.
Pada sebuah video, seorang pelanggan bertanya, “Apakah saya harus mengembalikan kerikil-kerikil ini setelah selesai?”
Sang koki menjawab dengan nada bercanda, “Bawa pulang sebagai oleh-oleh.”
Seporsi Tumis Batu Dihargai Rp33.000
Pedagang kaki lima memasak suodiu di atas panggangan. Mereka membumbui batu dengan minyak cabai dan saus bawang putih yang gurih. Setelah dibumbui, batu ditumis bersama cincangan bawang putih dan cabai segar.
Saat menyiapkan bahan-bahan masakan, kadang para koki suodiu menggambarkan setiap gerakan mereka dengan syair, seperti yang terlihat dalam video di Instagram-nya China, Xiaohongshu. Menurut video tersebut, setiap porsi tumis batu harganya sekitar 16 yuan atau sekitar Rp33.000.
“Sejumput rempah menghidupkan gairah [masakan],” kata seorang chef dalam salah satu video. Ia juga mengatakan kalau hidangan ini populer seperti minuman beralkohol.
Asal-Usul Suodiu, Makanan yang Sudah Berusia Ratusan Tahun
Suodiu dipercaya sebagai hidangan yang sudah berusia ratusan tahun. Menurut laporan media lokal, hidangan ini diwariskan secara turun-temurun oleh para penumpang kapal.
Pada zaman dulu, para penumpang kapal bisa terdampar di tepi sungai. Mereka juga tak jarang kehabisan makanan saat mengirim barang.
Buah menghibur diri, para penumpang kapal yang kehabisan bahan makanan lantas mencari batu untuk dimasak. Batu dimasak dengan berbagai bumbu lalu disantap bersama.